Senin, 25 April 2016

Fenomena Pergeseran Bahasa Indonesia di Era Globalisasi & Implikasi Terhadap Pembelajaran



1.      Uraian Permasalahan
Jika kita lihat dari topik permasalahan yang diangkat dalam pembahasan ini memang bisa kita dapat lihat, pergeseran bahasa Indonesia sungguh sangat terasa sekali dalam era globalisasi ini, mengapa demikian ? karena sekarang ini saja, anak - anak muda sudah lebih sering dan terlihat bangga jika menggunakan bahasa asing dalam kehidupan sehari - hari maupun dalam menulis sesuatu yang sifatnya dapat dilihat oleh orang banyak, sebagai contoh adalah membuat status dalam media sosial, ditambah lagi sudah banyaknya sekolah - sekolah yang mewajibkan anak didiknya untuk dapat berbahasa asing dalam sekolah, entah berbicara bersama teman atau guru. Akibatnya jika peraturan tersebut terus diterapkan pada anak anak muda jaman sekarang untuk lancar dalam berbahasa asing bukan tidak mungkin akan membawa pengaruh yang buruk terhadap pemahaman dan pengucapan bahasa Indonesia sendiri.

2.      Implementasi Bahasa Indonesia di Era Globalisasi
Pada topik permasalahan ini menurut saya pribadi sangat menarik untuk di bahas, karena sekarang ini memang sudah terlihat jelas, era globalisasi membawa pengaruh yang sangat besar dalam berbagai macam bidang termasuk dalam bidang komunikasi, keterkaitan Bahasa Indonesia sendiri pada era globalisasi sekarang ini membuat masyarakat Indonesia termasuk generasi muda menjadi seakan -  akan lupa dengan jati dirinya sebagai Rakyat Indonesia seutuhnya yang seharusnya menjunjung tinggi bahasa persatuan dan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari - hari.
Jika kita ambil contoh di negara maju seperti Amerika Serikat saja, mereka lebih suka untuk menggunakan Bahasa persatuan mereka sendiri bahkan mereka berusaha mempromosikan bahasa persatuan mereka kepada negara – negara lain agar kedepannya bahasa persatuan mereka menjadi banyak dikenal oleh masyarakat di negara – negara lain dan dapat menarik minat masyarakat di negara – negara lain bersama mempelajarinya.

3.      Kesimpulan
Pada point pertama dan kedua saya sudah mencoba untuk menguraikan permasalahan serta mencari keterkaitan Bahasa Indonesia dalam era globalisasi. Sekarang, dari kedua point yang telah saya jabarkan, saya akan menarik kesimpulan sesuai pemikiran saya pribadi. Kesimpulan yang dapat diambil dari kedua point diatas adalah memang di era globalisasi ini tidak dapat di pungkiri setiap orang dituntut untuk mempunyai kelebihan untuk dapat bertahan dan bersaing termasuk kelebihan dalam menguasai bahasa asing terlebih bahasa internasional, itulah mengapa sekarang ini banyak sekolah - sekolah yang bertaraf internasional maupun nasional berlomba lomba untuk mengadopsi banyak mata pelajaran bahasa asing agar nantinya anak - anak didik yang telah lulus dalam sekolah tersebut dapat dengan mudah untuk mengerti dan paham tentang bahasa persatuan negara - negara lain, namun kita tidak boleh lupa juga bahwa indentitas kita semua sebagai Rakyat Indonesia yaitu tetap mengutamakan Bahasa Indonesia dan harus mendapat porsi yang lebih besar dibanding mempelajari bahasa – bahasa asing. Tidaklah salah dalam mempelajari bahasa asing terlebih bahasa internasional yang sudah sepatutnya dipahami tetapi kita semua juga harus tetap berbangga sebagai Rakyat Indonesia dengan selalu menggunakan Bahasa Indonesia di NKRI dan tidak menggunakan bahasa asing secara berlebihan.
Saya juga berharap kepada seluruh Rakyat Indonesia untuk membantu mempromosikan Bahasa Indonesia di kancah internasional agar Bahasa Indonesia kedepannya dapat juga menjadi bahasa internasional seperti Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin.
Itulah kesimpulan yang dapat saya sampaikan kepada para pembaca, kurang lebihnya mohon maaf, terima kasih.

Rabu, 06 Januari 2016

Milikku (Puisi)

Terlalu banyak rintangan yang menghadang,
liku terjal yang melintang,
dan waktu terbuang hanya untukmu.
Kamu masih berpikir kamu siapa untukku ?
Kamulah segalanya

Semesta segala kehidupan berhargaku
Nadi setiap hembusan napas,
kilau cahaya kebahagiaan,
serta lembutnya nalar sentuhan kehangatan

Kamu.....
Irama detak sempurna dalam detikku

Matahari Untuk Senja (Puisi)



Matamu teduh jika bukan kesedihan di baliknya
Senyummu manis jika bukan kesakitan yang kau tutupi
Dirimu cantik jika kau hilangkan kabut kemurungan itu
Cahayamu seterang bulan purnama
Mata berbinar seperti bintang Sirius

Namun awan kesedihanmu terlalu tebal
Hingga mereka tak mampu melihat cahayamu
Dirimu seindah senja
Banyak orang rela menunggu
Hanya untuk melihat keindahanmu

Banyak pula yang mengabadikanmu
Namun kini
Langit yang dipenuhi warna jingga telah lenyap
Kini langit penuh dengan warna abu-abu
Mendung yang berkepanjangan

Tak mampu kau hilangkan
Untuk membuat hujan dalam wajahmu saja
Kau begitu enggan
Di langit sore milikmu
Aku bertanya padamu, mengapa kau menjadi mendung


Dulu kau sangat terkenal sebagai Senja
Kamu menjawab, matahari itu sudah pergi
Jika kau berkenan,  aku  yang  akan menjadi mataharimu
Agar aku mampu melukis senja yang kau rindukan
Mengembalikan senja terindahmu

Matahari di segala musim dalam hidupmu
Tidak pernah lelah menyinarimu
Jika pada malammu
Aku akan membuat bulan lebih terang
Memperintahkan seluruh bintang
untuk menghiasi langitmu
Jadi, bolehkah aku yang menjadi mataharimu ?

Lepaskan Senja Septi (Cerpen)



Matahari akan segera pergi, namun tidak melupakan tugasnya untuk membuat langit menjadi indah. Tak ada senja tanpa matahari. Septi dengan asik menikmati keindahan gradiasi warna dengan dominan warna jingga. Duduk diteras rumah dengan pemandangan mengarah laut, menjadi tempat paling tepat untuk melihat senja. Gilang hadir menghampirinya dengan membawakan segelas teh manis hangat untuknya.

Gilang duduk tepat disampingnya
" masih menunggunya ?" tanya Gilang dengan lembut, memberikan teh manis hangat kepada Septi dan ia meminumnya dengan hikmat.
" tidak juga" kata Septi dengan datar
" lantas mengapa kamu senang sekali menatap senja?" tanya Gilang
" karena hanya saat itu aku merasa dia ada disini " kata Septi dengan wajah yang sendu
" ah buang-buang waktu saja " kata Gilang.

Septi mencintai senja terutama warna jingga. Jingga adalah nama dari pria itu. Pria yang mengenalkannya pada filosofi senja dan membuatnya jatuh cinta pada senja. Pria yang tak pernah kembali setelah acara pertukaran cincin itu. pria yang membawa segenap cahaya matahari di hidupnya. kini langit Septi hanya berwarna hitam pikat, tak bercahaya dan bahkan bintang atau bulanpun sungkan untuk datang. Dia mampu melihat tapi seperti didalam kamar tanpa jendela dan lampu.

" mau tahu ada yang lebih indah dari sebuah senja ?" tanya gilang dengan nada serius
" apa ?" kata Septi, menatap Gilang dengan bingung.
"pergantian malam ke pagi" jawab Gilang dengan yakin
" kamu yakin ?" tanya Septi
" tentu, untuk melihat senja kau butuh waktu lama. kau harus menghabiskan banyak waktumu. dia itu sementara. untuk keindahan sementara itu kau rela menghabiskan banyak waktu untuk menunggu" jelas Gilang dengan tatapan yang tidak lepas dari Septi.
 "itu cinta, bukankah cinta memang harus menunggu ?" tanya Septi tetap pada pendiriannya.
 "tapi bukankah cinta juga mengikhlaskan"sanggah Gilang
 
Septi diam untuk beberapa lama. Ada hantaman yang begitu keras pada hatinya yang membuat rasa sakit itu menjalar kesemua tubuhnya. ia mengigit bibirnya akibat menahan sekuat tenaga agar airmata tidak jatuh. Namun tiba-tiba butiran air itu turun dikelopak matanya. Semakin deras, membuatnya terlihat begitu menyedihkan. gilang menatapnya penuh rasa iba. Gilang tahu bahwa Septi belum mampu mengikhlaskan Jingga, meskipun kini ia berada disampingnya.

"kau tidak lelah menangis terus ?" tanya Gilang, mengusap punggung Septi dengan lembut. Membuat Septi merasa tenang
"lelah, tapi aku tak bisa lagi berkata tentang hatiku selain menangis" jawab Septi dengan suara yang serak. ia menyandarkan kepalanya dipundak Gilang. Gilang memegang tangannya dan mengusapnya dengan lembut.

" biarkan aku menjadi keindahan dari pergantian malam ke pagimu. akupun sama bersifat sementara tapi aku membawamu dari kegelapan menuju terang. aku adalah pagimu, yang kau tunggu ketika malammu buruk. aku adalah pagimu yang kau inginkan selalu mempunyai cerita baru. aku adalah pagimu yang memunculkan semangatmu. ijinkan aku membuatmu melihat pagiku dan cahayaku. tapi ada satu permintaaanku ?" jelas gilang dengan lembut

 " apa ?" tanya Septi dengan menghapus airmatanya
 " bangunlah dari mimpimu dan bukalah perlahan kedua kelopak matamu. karena aku sudah lama disini menjadi pagimu tapi kau terus terlelap dikala pagi. aku mencintaimu bahkan sebelum kau menjadi istriku." kata Gilang dengan yakin, Septi memeluk hangat suaminya yang setia disamping setelah 2 tahun pernikahannya. 

Gilang menggantikan Jingga yang  terenggut nyawanya dalam perjalanan pulang dari acara pertunangannya dengan Septi. Jingga mengalami pendarahan hebat akibat kecelakaan Mobil. Gilang menikahi Septi karena rencana pernikahan sebelumnya sudah di rencanakan dengan matang. Gilang melakukan semua itu bukan karena terpaksa,  tapi Gilang mencinta Septi bahkan sebelum Jingga mengenal Septi. Gilang sudah bersahabat dengan Septi semenjak mereka Sekolah Menengah Pertama. Jika Septi bertanya bahwa cinta memang harus menunggu jawabannya adalah benar, karena tak ada yang tahu kapan cinta tepat itu akan datang. cinta juga mengikhlaskan sesuatu yang sudah pergi dan tak mungkin kembali.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management